Sunday, May 01, 2005

The Great Singapore Sale


KATA ORANG rekreasi di Singapura itu cuma shopping.
Shopping dan shopping. Tapi itu betul, betul sekali,
Saudara.

Kalau Anda menelusuri sepanjang jalan-jalan utama
(shopping belt) dan beberapa area yg berdekatan dengan
MRT Station di sini, maka yang akan Anda temui adalah
mall, Mall, dan MALL.

Sepanjang tahun, surat kabar juga dipenuhi iklan-iklan
yg bernada sale, Sale, dan SALE. Sepertinya ada saja, entah itu
dept store, supermarket, outlet2 barang mewah, tempat hiburan,
restoran, hingga toko roti, yg menyajikan tawaran menggiurkan
sekian persen off dari harga biasa.
(In fact, kalau mereka selalu pasang harga diskon,
buat apa lagi harga normalnya?)

Belum lama ini Daimaru cuci gudang besar-besaran karena
memang sudah akan dilikuidasi, beberapa hari yg lalu Robinson
sudah menggelora dengan "The Sale Worth Waiting For".
Seolah tidak mau ketinggalan, dengan alasan merayakan
40th Anniversary, Carrefour pun menyeruak keluar
dengan SMS Contest dan iming2 Big Lucky Draw utk belanja
di atas $50.

Puncaknya, mulai 30 Mei nanti hingga 6 minggu berikutnya,
adalah *The Great Singapore Sale* yg berlaku di semua
Mall dan stores di seantero Singapura.

Setelah epidemi SARS mereda, program ini berjalan
begitu 'just nice' (istilah orang Singapore utk "pas")
seiring dengan kampanye *Step Out Singapore!*
yg dilancarkan Govt untuk mendorong warganya keluar
dan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah.

Tujuannya ada dua. Agar Singaporeans bisa menyembuhkan
trauma atas SARS dan untuk mendorong perekonomian
yg sudah melesu cukup lama supaya kembali bergairah.

Ya, memang perekonomian suatu negara akan kembali bergairah
dan berkembang apabila tingkat konsumsi masyarakat meningkat.
Gembar-gembor shopping dan sale di Singapura terbukti
tidak sia-sia melihat kenyataan bahwa perekonomian
kota Singa ini bertumbuh 2% utk tiga bulan pertama tahun 2003.

Dulu kita belajar di SMP/SMA bahwa Perekonomian
Negara merupakan perputaran uang dan barang/jasa antara
Rumah Tangga Konsumen, Rumah Tangga Produsen, dan Pemerintah
sebagai Regulator. Hal ini paling sering digambarkan
secara sederhana dalam bagan sbb:

RTK ------Rp/$----------> RTP
RTK <---Barang/Jasa----- RTP

Bagaimana reaksi Anda kalau saya mengatakan bagan itu salah atau bisa 'menyesatkan'? ........... Baru belakangan ini saja saya terpikir dan menyadari bahwa bagan RTK & RTP itu seharusnya seperti ini:

Rp <-----------> Jasa
^ ^
| RTK = RTP |
V V
Barang <-------> $$$

Kita semua adalah konsumen sekaligus produsen.
Tidak mungkin suatu negara terpecah menjadi
dua kelompok masyarakat dimana yg satu hanya
bisa mengkonsumsi, dan yg lain melayani
sebagai produsen dan menghasilkan barang dan jasa
untuk kelompok konsumen.

Mengapa saya katakan bagan yg pertama dapat
misleading? Karena kecenderungan kita setelah melihat
sekilas bagan itu, kita akan menempatkan diri (mindset)
pada posisi Konsumen. Kita berpikir bahwa setiap bulan
harus belanja ini, belanja itu, bayar ini, bayar itu.

Sebut dari yang paling dasar: Mee goreng, kemeja
lengan panjang, sepatu, iuran telepon, ongkos
bus/MRT, aksesoris komputer, olah raga Volley Pantai
di Sentosa, ...
Terus menerus tak habis-habisnya saya menjadi konsumen
dan mengkonsumsi sesuatu.

Namun suatu hari, Saudara, terpikir oleh saya bahwa
Uncle Woo penjual Mee Goreng di warung bawah juga
membutuhkan sepatu dari Toko Sepatu.
Pemilik Toko Sepatu itu mungkin membeli baju dari outlet
yg ada di Mall tempatnya berusaha.

Pemilik outlet busana ternama itu pun harus membayar
tagihan telepon setiap bulannya kpd SingTel.
Kemudian SingTel pun pasti membayar gaji bulanan
dengan setia kepada para karyawannya yg menggunakan
sebagian dari uangnya untuk menikmati lunch
Mee Goreng di warung si Uncle Woo tadi.

Jadi kita lihat di sini bahwa hanya pada satu saat
seseorang menjadi konsumen dengan mengkonsumsi sesuatu,
tetapi pada saat lain ia sendiri pun memproduksi sesuatu
dan menjadi produsen bagi orang lain.

Dari bagan kedua di atas, nampak lebih nyata bahwa
setiap orang dalam Rumah Tangga Negara adalah
Konsumen SEKALIGUS Produsen dimana Rp, Services,
$$$, & Goods berputar-putar di sekelilingnya.

Semakin aktif individu-individu yg ada di dalamnya
berproduksi dan meningkatkan produktivitasnya,
maka otomatis semakin membesar pula daya beli
atau tingkat konsumsi yg dapat dilakukannya,
semakin cepat uang berputar, dan semakin
bergairah perekonomian negara itu.

Pertanyaannya adalah apakah kita sudah bisa disebut
sebagai produsen yg aktif dan memproduksi sesuatu,
entah barang/jasa, untuk orang lain, dan bukan
melulu menjadi konsumen untuk shopping, shopping,
dan ...?

Ssstt, tadi teman saya bilang ada diskon 50%
selama bulan Mei & Juni ini utk semua atraksi
di Sentosa. Cuma bulan Mei & Juni aja loh...

EJ - Singapura, Mei 2003