Thursday, November 13, 2008

Vocabulary of the day: Font

Biasanya kita hanya tahu font dalam bahasa Inggris adalah model huruf (typeface) dalam komputer seperti Arial, Comic Sans MS, atau Garamond. Padahal, kalau Anda menyelidiki kamus, lema font mempunyai arti yang sama sekali berbeda.

font = abundant source of something: somebody or something seen as a source or inexhaustible supply of something.
(Encarta Dictionary - Definition No.3)

Contoh aplikasi nyata dalam kalimat:

'In its censure motion, the federal opposition says the prime minister's aim was to make Mr Bush look like a fool. "[It was] an account so self-serving that it presented him as a diplomatic encyclopaedia, a font of all knowledge, and the president of the United States, the chief executive of our greatest ally, as a fool," Mr Turnbull was quoted as saying by Reuters news agency.'

[Sumber kutipan kalimat: http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/7724524.stm]

Selamat menerapkan kosakata "baru" ini dalam kehidupan komunikasi kita bersama (only if you use English, of course). -EJ

Monday, October 27, 2008

Hari Blogger Nasional

Cukup terhenyak saya dari lamunan malam ini saat membuka e-newsletter dari ICW Edisi 1105 bahwa 27 Oktober dijadikan Hari Blogger Nasional! Semakin bertambah saja hari-hari penting yang terjadi pada bulan Oktober ini.

Signifikansi hari ini bisa dibilang merupakan penanda hari kebangkitan atau revival dunia kepenulisan Indonesia yang memang sudah beberapa tahun terakhir ini saya amati begitu produktif dan kualitasnya meningkat tajam dan beragam. Sungguh perkembangan yang menggembirakan. Komunitas e-buku menjamur amat banyak di Internet, toko-toko buku online berlomba memasang portalnya semenarik dan selengkap mungkin demi menarik para pemburu buku, pameran-pameran buku semakin sering digelar. Beberapa milis yang membahas soal kepenulisan bahkan berinisiatif mendirikan usaha penerbitan sendiri. Keberagaman buku yang dipublikasi juga amat luas mulai dari buku-buku berbau politik yang mengorek 'rahasia-rahasia' di balik si A atau si B, buku-buku sejarah dan budaya yang dulunya tak pernah terpikir untuk diterbitkan, buku-buku sastra dari para penulis muda yang potensial mengusung masa depan kesastraan Indonesia. Salah satu favorit saya adalah buku-buku sejarah yang ditulis ulang dalam format fiksi seperti Gajah Mada, Ken Arok, atau buku macam Ca Bau Kan karangan Remy Silado yang mengangkat konteks masyarakat Tionghoa peranakan, dsb.

Hari Blogger Nasional dapat pula dianggap sebagai Hari Penulis Nasional karena blogger pada dasarnya adalah penulis. Penulis di situs maya yang karyanya bisa langsung dibaca oleh jutaan pasang mata di seluruh dunia pada saat yang sama. Hakikat awal blog adalah menulis catatan harian (diary) online, tetapi kemudian berkembang menjadi apa saja. Dari topik A sampai Z semua bisa dibikin blog-nya. Cuma bagi saya pribadi, terlalu banyak nge-blog bukan keadaan yang ideal karena ibarat pisau apabila terus dipakai maka ketajamannya akan berkurang. Ia perlu diasah kembali dan asahan itu memerlukan waktu dan proses. Dalam konteks ekonomi terlalu banyak uang di peredaran dapat menimbulkan inflasi dan akibatnya nilai mata uang turun. Terlalu banyak kata-kata yg tertabur keluar dengan sendirinya pun bisa menciptakan "inflasi idea" alias penurunan kualitas dari tulisan itu sendiri apabila tidak diimbangi dengan kenaikan produktivitas sumber daya (food for the writer's mind) yang cukup.

Semoga dengan keberadaan dan pencetusan Hari Blogger Nasional se-Indonesia ini dapat turut berkontribusi terhadap kemajuan dunia penulisan setanah air dan lebih luas lagi dunia pendidikan yang masih punya begitu banyak ruang untuk perbaikan dan kemajuan. Cuma untuk yang terakhir ini, menulis bukan hanya asal menulis, asal ngeblog, tapi menuangkan ide ke dalam tulisan yang juga bermisi transformasional alias mengubahkan. Semoga! (EJ)

Sunday, October 26, 2008

Reading challenge

My mind is always challenged with a lengthy, almost incomprehensible, sentence that goes like this:

The juxtaposition of the solitary figure working to produce such a modest and harmless-looking object as a book and the explosion this caused in the minds of men and women then and since led me to look for others whose intense preoccupation posted in placid pages had seized the story of our species. - Melvyn Bragg

The challenge of each reading task really lies in having a grasp of what the writer is saying, and to do that, we literally need to determine its S-P-O structure. Which words do you think are the subject? The predicate? And the object?

The root of our hampered communication process be it writing or talking, as a matter of fact, boils down to a failure or reluctance in identification of this structure. A basic building block that we learnt as a young student in school, perhaps many years or decades (?) ago. Which probably explains why we have unwittingly forgotten it. Please let me hear your thoughts. (EJ)

Saturday, September 20, 2008

Pembelajar Sejati

SEORANG PEMBELAJAR


Mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. —Lukas 2:46



Sebuah poster di suatu lorong gereja menggambarkan seorang anak lelaki yang memakai baju Timur Tengah, dengan Alkitab di tangannya, sedang mendaki sebuah bukit menuju ke gereja. Tulisan di poster itu berbunyi: "Yesus adalah bocah lelaki Kristen yang rajin ke Sekolah Minggu di setiap hari Minggu."

Sebagai seorang anak Yahudi, Yesus tidak pergi ke Sekolah Minggu dan ke gereja di hari Minggu. Jadi poster itu tidaklah tepat. Namun, poster itu tepat dalam menggambarkan kerinduan Yesus untuk berada di dalam rumah Bapa-Nya untuk mendengar semua ajaran-Nya.

Ketika Yesus berusia 12 tahun, Dia pergi bersama orangtua-Nya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah (Luk. 2:41-42). Dalam perjalanan pulang, orangtua-Nya menyadari bahwa Yesus tidak pulang bersama mereka. Ketika kembali ke Yerusalem, "mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka" (ay.46).

Yesus memiliki hati seorang murid sekaligus pembelajar. Yesaya menulis tentang-Nya sebagai Hamba Yahweh: "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku, untuk mendengar seperti seorang murid (baca: pembelajar -EJ). Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang" (50:4-5). Dalam kemanusiaan-Nya, Sang Putra terbuka untuk belajar dari Bapa-Nya.

Teladan Yesus menantang kita untuk menjadi pendengar firman Tuhan. Kita juga dapat menjadi murid sekaligus pembelajar, jika kita tetap membuka hati kepada pengajaran Allah. —Anne Cetas

Penuhi aku dengan pemahaman
Tentang kehendak-Mu yang mulia;
Kiranya seluruh sukacita dari-Mu
Kau penuhkan dalam diri anak-Mu. —Grimes

Tujuan utama dari belajar adalah mengenal Allah.

(TERJEMAHAN dari RBC Int'l English)

Friday, August 08, 2008

TGIF 8-8-8

Sydney, 8th August 2008

To a great number of people worldwide, today may be an auspicious day thanks to the unusually consecutive 8-8-8 in the numerical system of international date that we use (both AD & BC). And hence these couples intentionally preset this special date as their nuptials & say their once-only sacred vow.

To the greatest nation on earth centred in Beijing, this date marks the end of their long-awaited day being the host of the world's biggest event and the proud beginning of massive demonstration of the rich, splendid Chinese culture and civilisation embedded in the festive Opening Ceremony currently underway at these hits of letters on my keyboard.


To all nations and even a greater number of people, it is time to revel & be merry as mankind are united in this universal Olympic spirit as well as cheer their national sports warriors on to go swifter, higher, and stronger for more golds than any other country to top the medal tally of this Games of the XXIX Olympiad.

To me, I wish it were just another day, another TGIF day to look forward to for the morrow. But somehow I've got myself a bit carried away by the globally ubiquitous delight... with quite a distinct, personal reason, though. That it is on this very day too I have been privileged to officially become a certified practising accountant (CPA).

So, what else to utter than a relieved, lengthy
"finally......
thank You, Lord!
I can't believe this."


---
Thank God, it's Friday
Thank God, it's 8-8-8
because every day is the Lord's day
...created by the Lord
---
Emil Jayaputra CPA

Saturday, June 07, 2008

Manfaat Keraguan

KOLOM BAHASA

HAMPIR setiap kata dalam suatu bahasa mempunyai terjemahan dalam bahasa lain.
Kalau pun tidak ada, paling tidak ada padanannya yang paling mendekati. Contohnya kata membina tidak ada translasi yang pas 100% dalam bahasa Inggris. Lain halnya dengan suatu ungkapan yang berpeluang jauh lebih besar tidak dapat diterjemahkan ke bahasa sasaran terutama karena faktor budaya dan tradisi lokal. Misalnya ungkapan 'si jago merah' tidak mungkin diterjemahkan secara literal menjadi 'the mighty red' yang tentunya tidak berarti apa-apa bagi English native speakers. Atau ungkapan 'pagar makan tanaman' akan lebih sulit dijelaskan dalam bahasa Inggris daripada 'si jago merah' yang cukup ditulis 'the enormous fire' saja sebagai terjemahan harafiahnya.

Demikian pula bahasa Inggris amat kaya dengan ungkapan atau idiom yang tidak dapat segera diekspresikan maknanya dalam bahasa Indonesia karena tidak memiliki ungkapan yang setara dengan itu. Kalau Anda melihat judul tulisan ini terasa janggal, Anda benar sekali. Ungkapan 'manfaat keraguan' tidak bermakna apa pun dalam Bahasa Indonesia karena hanyalah forced translation dari ungkapan 'benefit of the doubt' dalam bahasa Inggris. Suatu ungkapan yang cukup sering dipergunakan dalam komunikasi di masyarakat penuturnya, tetapi mungkin belum sempat kita amati dan terapkan dalam kehidupan.

Cukup lama saya berpikir bagaimana suatu doubt (keraguan) memiliki manfaat (benefit)? Atau di mana benefitnya kalau saya sedang doubtful? Ungkapan ini ternyata ditujukan dari orang pertama (saya) kepada orang ketiga (dia) atau orang kedua (Anda). Ketika saya sedang meragukan seseorang (ketidakpastian mengenai suatu masalah), ada baiknya saya memberikan dia 'benefit of the doubt', yang berarti saya memutuskan untuk mempercayai dia dan mengesampingkan segala pemikiran buruk atas apa yang terucap atau dilakukan oleh orang tersebut meskipun ada sedikit kecurigaan yang wajar untuk itu. Makna kedua dari memberi 'benefit of the doubt' adalah kita memberi kesempatan kedua kepada pihak lain untuk mengkonfirmasi keraguan kita atas gejala-gejala yang kurang baik yang sudah kita cermati pada kesempatan pertama. Jadi analisis atas istilah 'manfaat keraguan' akan seolah menemukan dua sisi, yakni sisi terang dan sisi gelap. Memberi 'benefit of the doubt' berarti menampilkan sisi terang dari doubt dan percaya (sekali lagi) bahwa saudara kita ini tidaklah seburuk/seperti yang kita bayangkan.

Contoh penerapan dalam kalimat: Seseorang yang Anda sudah kenal lama dengan baik diisukan memiliki niat atau tabiat kurang terpuji oleh pihak tertentu. Saudara dapat mencegah dan menghentikan isu tersebut dengan berkata satu sama lain: "People tell me we can't trust him anymore, but I'm willing to give him the benefit of the doubt." untuk kemudian mengklarifikasi issue ini langsung dengan yang bersangkutan. Seseorang yang berada pada posisi central seperti tokoh masyarakat atau pemimpin gerejawi yang kerap kali harus membuat pernyataan atau laporan di depan publik amatlah membutuhkan 'benefit of the doubt' dari kita semua, members of the public baik negara maupun gereja.

Pada hakikatnya, setiap kita bukan hanya perlu memberi tapi juga membutuhkan 'benefit of the doubt' ini dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan yang sarat dengan pembelajaran komunikasi antarpribadi, pergaulan dengan lingkungan, terlebih dalam konteks keluarga, gereja, dan antargereja. Bahkan Allah sendiri meng-expose Diri-Nya sendiri terhadap luka-luka kekecewaan dan kesedihan mendalam setelah Ia menyodorkan 'The Benefit of the Doubt' kepada manusia dan memberikan kesempatan kepada ciptaan-Nya untuk bertobat dan percaya kepada-Nya – padahal di dalam kemahatahuan-Nya (God’s omniscience), Dia tahu jelas akan seperti apa pemberontakan manusia kelak. Akan tetapi, kita yang belum percaya masih terus dan terus mengeraskan hati untuk menerima Kristus, dan bagi kita yang sudah percaya masih terus dan terus berlanjut dalam dosa keengganan mengerjakan lebih banyak lagi keselamatan yang sudah diterima dengan takut dan gentar (Filipi 2:12). Satu hal yang perlu kita imani dengan jelas adalah bahwa pihak TUHAN-lah yang telah memperlihatkan benefit of the doubt-Nya kepada manusia, bukan sebaliknya, karena bagaimana mungkin ciptaan (object) yang berdosa bisa atau layak membentuk penilaian atas Sang Khalik (subject) yang Mahasuci dan tak terbatas? (Roma 11:33-34)

Karena itu, sorotan dari kolom bahasa ini adalah atas ungkapan benefit of the doubt itu sendiri dari manusia ke manusia yang harus kita pahami definisi dan konteksnya dalam bahasa penutur asli (English), dan bukan atas kata tunggal benefit atau doubt secara terpisah -- walaupun ada nuansa asimilasi arti harafiah dari keduanya terbaur dalam ungkapan ini. Namun yang pasti, dari kekayaan perbendaharaan suatu bahasa kita dapat belajar menjadikan dunia ini rumah besar yang lebih indah dan damai apabila para penghuninya saling memberi 'benefit of the doubt' secara generous. Meski susah, meski tidak mudah. (EJ)

Friday, March 21, 2008

I Can't Believe...!

Lebih dari delapan tahun yang lalu, ketika menjejakkan kaki pertama kali di Australia dan termangu di atas balkon rumah homestay yang saya tumpangi, saya berteriak kepada diri sendiri dan Tuhan: "I can't believe I'm in Australiaaa!!" Ketika tinggal menghitung hari-hari menjelang saat mengakhiri masa lajang, kembali ada teriakan dalam hati: "I can't believe I'm getting married!" Sesaat setelah putri pertama kami lahir –bahkan terkadang hingga saat ini– saya pun berteriak (tanpa suara) dengan bersyukur: "Lord, I can't believe you gave us a child!"

Sebetulnya kalau mau, saya bisa menyerukan teriakan yang sama setiap hari dalam hampir setiap adegan kehidupan. "I can't believe I could get up this morning with a healthy body!" "I can't believe I could enjoy this nice dinner!" "I can't believe I've got a new job already!" "I can't believe I have my parents here with me now!" "I can't believe this! I can't believe that!"

Daftar teriakan "I can't believe…!" ini tidak akan pernah bisa selesai sepanjang hari-hari kita bergantung dan berharap kepada Tuhan. Kita mengakui apa pun yang kita miliki baik dari hasil usaha, kerja, kecerdasan kita maupun sekadar hoki atau yang nampaknya kebetulan semuanya adalah bersumber dari Sang Khalik Sendiri. Terdengar sederhana, namun konsep pengakuan khas Kristen berjudul Soli Deo Gloria (segala kemuliaan hanya milik Allah) ini sulit dianut oleh banyak orang yang merasa dirinya adalah tuhan-nya.

Melangkah lebih jauh, adakah kita hanya bisa mensyukuri berkat jasmani (uang, karier, kesehatan, keluarga) namun merasa janggal untuk juga berteriak: "I can't believe, o Lord, you have to suffer so much, tortured, humiliated, crucified on the Cross just for the sake of us this lowly creature!" Demi memenuhi tuntutan (standar) keadilan Allah, Kristus harus menghadapi pengadilan yang paling tidak adil dan mengalami ketidakadilan terbesar begitu rupa sepanjang sejarah manusia. Akan tetapi, pada poin inilah bersandar keunikan iman Kristen dibanding pelbagai agama lain. Dengan adanya konsep substitusi (penggantian), kita dapat membuktikan kepada dunia keberadaan dua sifat Ilahi dari Tuhan yang berkenaan dengan 'masa depan' manusia sesudah kehidupan di bumi ini.

Maha Pengasih dan Mahaadil. Tanpa Allah menuntut segala hutang dosa dan ketidaksempurnaan kita manusia dilunasi dengan penumpahan darah (Ibrani 9:22) –sebagaimana dulu dosa manusia dibayar dengan menumpahkan darah hewan (ingat peristiwa Abraham/Ishak & Hari Raya Idul Adha), Allah tidaklah Mahaadil. Di pihak lain, tanpa Allah Bapa mendesain Rencana Keselamatan dengan mengutus Allah Anak ke dalam dunia menjadi manusia dalam Diri Yesus Kristus untuk men-substitute penghukuman akibat dosa yang seharusnya kita terima, jelas Dia bukan Allah yang penuh Kasih. Ingat ilustrasi seorang hakim yang harus menegakkan keadilan dengan menghukum mati adiknya yang bersalah, tetapi kemudian diam-diam menggantikan adiknya dari hukuman mati itu. Tuhan Yesus bersabda: "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yoh 15:13).

Hidup kita penuh dengan lompatan-lompatan iman yang diwarnai dengan teriakan "I can't believe…!" Pada hari ketiga nanti (Minggu) ketika kita akan merayakan Kebangkitan Yesus (kemenangan atas maut), Saudara dan saya dapat berseru: "I can't believe He is risen! He is risen from the dead! He is risen indeed!" Jesus is indeed true Lord & God. Selamat memperingati Jumat Agung dan semakin menyelami keagungan maknanya! (EJ)

ditulis di atas kereta untuk
Warta Jemaat Indonesian Reformed Church, Sydney
21 Maret 2008