Researcher or Writer?
Researcher itu meneliti suatu objek dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yg relevan, membaca sebanyak mungkin bacaan, melakukan analisis, dst untuk kemudian dapat menulis sesuatu berdasarkan kesimpulan yg diperoleh.
Sedangkan writer itu justru sebaliknya, ia menulis segala sesuatu yg secara "original" keluar dari pemikirannya tanpa terlebih dahulu ingin tercemar oleh sumber-sumber luar yg dapat memengaruhi pemikiran "original"nya dan bahkan kemungkinan mengandung ide-ide yg mirip dengan pemikiran "original"nya tersebut.Seorang kuno yg amat bijak pernah bersabda dalam bukunya: Di bawah langit, untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu untuk melempar batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu. Ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk.
Nah, kalau boleh saya ingin menambahkan: Ada waktu utk membaca buku, ada waktu untuk menahan diri dari membaca buku. Lah, pada "waktu" apa saya menahan diri dari membaca buku? Pada saat menjadi writer! Pada saat cairan tinta di dada itu begitu penuh sehingga Anda tidak dapat menahannya di dalam sehingga tumpah ke atas kertas itulah, Anda sedang menjadi writer. Writing something. Tepat pada saat itulah Anda tidak ingin terusik oleh keberadaan dunia luar dan ingin sesegera mungkin memuncratkan ide-ide "original" Anda dalam keadaannya nan terutuh dan termurni.
In fact, bukan pada detik Anda sedang dalam proses menulis saja Anda menahan diri dari membaca buku. Bahkan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan otak belum menginstruksikan dada untuk memproduksi tinta tulis itu, selama itu pula naluri kepenulisan Anda akan tetap menahan diri dari membaca buku lain dengan topik yg sama atau mirip dengan apa yg ingin Anda curahkan ke atas kertas. (Emil Jayaputra)
PS: "Original" di atas sengaja ditulis di antara tanda kutip karena seorisinil-orisinilnya idea seorang writer, highly unlikely bahwa itu merupakan hasil pemikirannya sendiri murni 100%. Latar belakang, pengalaman hidup, exposure to some situations, enyaman ilmu dari dunia akademis, figur favorit, hobi, lingkungan pergaulan, dan banyak sekali faktor lain semua ikut memengaruhi idea seorang writer. So, it is equally unlikely too that all those sources (or every single event in his/her life) should be mentioned in their writing as "references" since they are not really a reference that would commonly be expected to be cited in the world of writing. Kemampuan memadukan segala sesuatunya itulah sebetulnya yg merupakan the original idea dari sang penulis.
No comments:
Post a Comment